Kita sering mendapati seseorang memotivasi orang lain agar jangan menjadi orang lain, jadilah diri sendiri. Kata motivasi yang sering kita dengar dan baca di sosial media. Seolah telah tertanam bahwa sangat bijak ketika menjadi diri sendiri. Bukankah itu berarti kita diminta untuk menjadi diri apa adanya. Dalam arti lain, tidak perlu berbuat neko-neko, jalani dan terima saja apa yang sudah ada. Jadilah diri sendiri adalah jadilah seperti apa adanya dirimu sekarang, apapun kondisinya. Apakah seperti itu maksudnya?
Namun
jika konsep “jadilah diri sendiri” adalah seperti itu, maka siapa yang mampu
menunjukkan apakah kita salah atau apakah kita kurang tepat semantara prinsip
kita adalah, “ya biarlah, ini adalah aku”.
Saya
berusaha membayangkan jika saya terus seperti ini, dengan kondisi yang seperti
ini, keterbatasan pengalaman dan pengetahuan, lalu bagaimana saya 5 atau 10
tahun mendatang jika hanya hidup seadanya?
Menjadi Diri Sendiri Tidaklah Cukup
Mari
kita renungkan, terkadang kita perlu menjadi orang lain agar mendapatkan apa
yang cocok atau pas untuk menunjukkan diri kita yang sebenarnya. Dalam arti
lain kita perlu meniru atau mencontoh apa yang orang lain lakukan. Kita tidak
bisa berpuas diri dengan keadaan yang seadanya.
Apakah
itu artinya kita tidak bersyukur?
Bukan,
kita tetap mensyukuri apa yang telah kita punya seperti penglihatan, penciuman,
pendengaran, dan peraba. Empat hal itulah yang perlu kita gunakan sebaik
mungkin, untuk apa? Benar, untuk berkembang atau menjadi lebih baik. Kita perlu
belajar dari orang lain hal yang patut kita jadikan rujukan. Kita hanya perlu
meniru orang lain, mengamati, memahami, kemudian memodifikasi apa yang orang
lain lakukan, bukan sepenuhnya menjadi diri orang lain. Menjadi diri sendiri
yang apa adanya justru membuat kita stagnan. Perkembangan-perkembangan baru semestinya
harus tetap ada dalam hidup kita.
Jadi Diri Sendiri Itu Egois
Bukan
suatu hal yang baik ketika kamu menuangkan semua apa yang ada dipikiran ke muka
publik. Terkadang, ada hal yang perlu untuk kita konsumsi sendiri. Ini sering
terjadi, memaknai “be youself” dengan pemahaman “terserah aku mau berbuat apa,
ya inilah aku”. Padahal belum tentu apa yang kita lakukan merupakan hal positif
dan tidak melanggar nilai normatif.
adaptasi |
Dengan
kata lain, kamu tidak bisa menjadi diri sendiri. Kamu yang di rumah, bukanlah
kamu yang di sekolah atau kampus. Kamu yang di kampus bukanlah kamu yang berada
di masyarakat. Kita perlu menempatkan diri dengan tepat. Tidak selamanya suatu
sikap, ucapan, dan tindakan dapat digunakan di sembarang tempat dan situasi.
Kita
perlu menghargai orang lain meskipun sebenarnya respon yang kita berikan untuk
menghargai orang lain tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, ketika rekan kita
membuatkan makanan untuk kita, lalu bertanya, bagaiman rasanya? Dengan sedikit
senyum, mari kita jawab bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan
berterima kasihlah.
haha : I |
Pernahkah
kita memiliki seorang teman yang punya humor tinggi, tapi jokes atau lelucon
yang dibawanya sangat receh? Jika ada demikian, tertawalah untuk menghargainya.
Ketahuilah, bahwa tanpa keberadaannya, suasana akan jauh lebih sepi.
Jadi Diri Sendiri Itu Ga Bisa Happy
m.medcom.id |
Sebuah
kalimat, “kalau orang lain bisa mengapa harus aku? aku begini saja, jalani apa
adanya, yang penting happy”. Percayalah bahwa happy yang seperti itu hanya
sekejap dan terucap saja. Beberapa waktu kemudian akan terasa hambar dan
membosankan. Keputusan untuk tidak melakukan perkembangan atau perubahan baru
akan membuat kita menyesal di kemudian hari.
Tidak
ada manusia yang sempurna, tetapi kalau alat yang dihisap lalu dibuang menjadi
asap itu ada (tidak sebut merek).
Setiap
orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun, tidak berupaya
untuk memperbaiki kekurangan diri adalah sebuah kesalahan besar. Justru kamu
perlu berupaya untuk menutupi kekurangan dengan mengoptimalkan kelebihanmu.
zenyum.com |
Sebuah
perubahan kearah yang lebih baik butuh kesadaran, kemauan, dan kemampuan. Kita
perlu menumbuhkan kesadaran terhadap istilah “jadilah diri sendiri” dengan
hidup seadanya dan tidak ada perkembangan baru dalam hidup adalah hal yang
salah. Sehingga tumbuh kemauan untuk merencanakan perubahan beserta dengan
strategi perencanaan teknisnya. Salah satu rencana melakukan perubahan pada
diri adalah menjadi orang lain, yakni meniru dengan mengamati, memahami, dan
memodifikasi.
Kemampuan
untuk melahirkan perubahan positif adalah waktu untuk mempraktikkannya. Maka,
inilah saatnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar