Telusuri

Pilihan Editor

Lebih Produktif Dengan Asus VivoBook S14 S433 Dare To Be You

Hidup tanpa batas bukan berarti hidup melampaui batas. Hidup tanpa batas adalah ketika melakukan aktivitas tanpa kesulitan dan hamba...

Senin, 15 Juni 2020

Ngaji Cinta #1: Perspektif Neurobiologi, Antropologi, & Psikologi


"Cinta ibarat penyakit yang diidamkan namun tidak diingankan kesembuhannya. Penderita cinta tidak akan siuman atas penyakitnya(cinta)".

Ngaji cinta dimaksudkan untuk belajar atau mempelajari lebih dalam apa itu cinta.

Banyak penafsiran perihal cinta. Baik pengertiannya ataupun yang lebih dalam adalah tentang bagaimana cinta itu. Berbagai literatur mencoba membahas apa itu cinta namun tetap saja tidak mampu memuaskan pencari makna cinta, Cinta laksana sebuah keajaiban yang dimiliki bumi manusia.

Makna Cinta



Pemaknaan pada terma Cinta dan peristiwa sosial yang berkaitan dengan cinta tidak cukup apabila harus dituliskan semuanya disini. Terlebih lagi karena peristiwa cinta satu orang dan orang yang lain itu berbeda.

Namun semakin berkembangnya IPTEK, para pakar telah mengembangkan pengetahuannya hingga ke hal yang paling mendasar dalam kehidupan kita, yakni Cinta.
Ternyata cinta bukanlah sebuah kata yang berada diangan-angan saja, namun dapat dihitung atau dibuktikan secara ilmiah dalam perspektif Neurobiologi, Antropologi, dan Psikologi.

Cinta Perspektif Psikologi




Dalam bidang Psikologi, cinta merupakan hal yang abstrak untuk dipelajari. Pakar Psikologi, Robert Sternberg, mengemukakan hubungan antara dua orang adalah awal mula cinta. Di mana terdapat hubungan kisah dan kasih oleh keduanya. Dalam kisah dan kasih memuat minat dan perasaan seseorang kepada seseorang yang lain.

Kemudian dari minat dan perasaan itu tumbuh sebuah refleksi kepribadian(sikap dan tingkah laku) yang lebih lembut, berbagi pengalaman hidup, dan membuat cerita hidup. (wah mendalam juga teorinya, “baper”).

Cinta Perspektif Antropologi

Manusia pada dasarnya butuh untuk mencintai dan dicintai(namun dalam artian sesuai nilai-nilai yang berlaku dan dianut, baik norma agama maupun sosial masyarakat, semisal adat).


Dr. Helen Fisher bahkan mengatakan bahwa cinta sama saja dengan kebutuhan sandang, pangan, papan, yang pada hakikatnya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menjalani kehidupan.

CINTA kemudian CERAI, banyak yang mengalami ini. Pada awal perkenalan atau pernikahan memang cinta masih sangat bergejolak. Namun, beberapa tahun berselang cinta itu pudar.

Teori “Four Years Itch” oleh Dr. Helen Fisher menyebutkan bahwa gejolak cinta pada manusia itu seperti halnya reaksi kimia. Dia(cinta) hanya bertahan empat tahun saja, lalu memudar dan hilang. Itulah yang menyebabkan banyaknya kasus perceraian di umur jagung kebersamaan.

Cinta Perspektif Neurobiologi



Ada pepatah bahwa “orang yang jatuh cinta, dunia serasa milik sendiri, yang lain numpang”. Sudah hangat terdengar dalam percakapan sehari-hari kita bukan?

Seorang ketika jatuh cinta akan mengalami mood swing, yakni perubahan suasana hati yang relatif cepat. Artinya adalah suasana hati orang yang sedang jatuh cinta akan mudah berubah.

Gejala orang jatuh cinta adalah seperti mudah khawatir, bingung, gelisah, cemburu. curiga, susah tidur, jantung berdetak lebih kencang akan sering dialami oleh pasien penderita penyakit Cinta.

Dari gejala-gejala itu kemudian pakar Neurobiologi menyebut dua insan yang sedang jatuh cinta, pusat rasa senang pada otaknya aktif. Aktifnya sensor senang dalam otak ini berakibat lepasnya hormone-hormon seperti Dopamine, Pheromones, dan Serotonin. Juga PEA, Oxytonic, Vasopressine, dan Norepinephrine.

1) Hormon Dopamine, menyebabkan orang yang jatuh cinta akan memiliki suasana hati lebih ceria.

2) Hormon Pheromones, hormon ini persis dengan hormon yang diproduksi ratu lebah untuk mengenali lebah yang berasal dari kawanannya. Yakn dengan mengeluarkan bau tubuh yang khas. Ketika seseorang cocok dengan bau tubuh pasangannya, maka cinta akan tumbuh.

3) Hormon Serotinin, hormon ini menyebabkan perasaan senang dan perasaan nyaman atau baik.

4) Hormon PEA(Phenilethylamine), dengan hormon ini menyebabkan peningkatan suhu tubum detak jantung, tekanan darah, dan produksi keringat di telapak tangan.

5) Hormon Oxytocin, hormon ini membuat seseorang ingin dipeluk atau dicium oleh pasangannya(pasanagan resmi (halal), antara suami-istri).

6) Hormon Vasopressine, merupakan hormon yang mengatur perilaku. Seseorang yang sedang jatuh cinta akan berperilaku lebih matang dihadapan pasangannya.

7) Hormon Norepinepherine, membuat seseorang bergairah atau bersemangat dalam menjalani aktivitas.

Hakikat Cinta?




Jika ditanya tentang hakikat cinta maka dari kesemuanya adalah tentang suasana hati. Yakni adanya refleksi yang berbeda baik di dalam tubuh maupun yang terlihat di luar tubuh seperti tindakan, sikap, dan perkataan seseorang kepada yang dia cinta.

Namun, keterangan mengenai cinta yang dinyatakan benar dalam sebuah literatur seperti buku, majalah, koran, artikel, dan sebagainya itu hanyalah kebenaran yang dapat diterima oleh perumusnya.

Artinya, kebenaran akan tafsir cinta besifat subjektif. Semua benar namun tidak semua dapat diterima oleh semua isi kepala manusia.





Keterangan Sumber

M. Quraish Shihab. 2019 “Jawabannya Adalah Cinta”
Pritha Khalida. 2010 “Buku Cinta- Agar Kamu Lebih Tahu Apa Itu Cinta”
Frans Budi Pranata & Anang YB. 2014 “Cinta Adalah… Sebuah Keajaiban!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar