“Rumahku Surgaku Anakku”
merupakan tema bagi orang tua dan calon orang tua yang berharap ingin memiliki anak yang dapat menyejukkan
mata dan menentramkan hati (Qurata
A’yun). Yakni anak yang tidak menyulitkan dan membuat sedih kedua orang
tuanya, namun justru membuat bangga dan menjadi suatu keberkahan bagi kedua
orang tuanya. Lantas bagaimana seorang anak dapat berbuah hasil surga bagi keluarganya?
Yang paling utama dalam hal ini adalah orang tua perlu bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta ‘Ala. Tidak semua anak akan
menjadi Qurata A’yun bagi kedua orang
tua. Sebagian diantaranya justru menjadi musuh dan cobaan atau ujian bagi kedua
orang tuanya. Ini menandakan ketakwaan orang tua merupakan faktor yang
menentukan tipe seperti apa anaknya kelak. Selain anak sebagai Qurata A’yun, anak memiliki beberapa
kedudukan lain bagi kedua orang tuanya dalam sudut pandang Islam.
Pertama, tipe anak
sebagai pembawa berita atau kabar gembira yang tergambar dalam QS. Al-Hijr Ayat
53, yang artinya “mereka berkata, janganlah
kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar kabar gembira kepadamu
dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim”.
Tipe anak ini menurut tafsir Al-Muyassar adalah anak yang tinggi ilmunya.
Sedangkan dalam tafsir al-Mukhtashar merupakan anak yang mempunyai ilmu yang
banyak tentang agama. Sementara itu dalam Tafsir al-Wajiz mengartikan alim
dengan ilmu yang banyak.
Kedua, tipe anak
sebagai perhiasan atau kesenangan hidup dalam QS. Al-Kahfi ayat 46, yang
artinya “harta dan anak-anak adalah
perhiasan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. Maka
anak dan dalam hal ini adalah perhiasan dunia atau hal yang fana sehingga tidak
bisa dijadikan sandaran utama untuk memperoleh pahala. Tafsir al-Muyassar
mengatakan bahwa amalan-amalan yang lebih baik pahalanya dan dapat menjadi
harapan dalam memperoleh pahala adalah amal shaleh dan zikir (mengingat Allah:
tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil).
Ketiga, Sebagai Musuh
dan Cobaan/Ujian. Anak sebagai musuh terdapat pada QS. At-Taghabun ayat 14,
yang artinya, “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Dalam tafsir al-Mukhtashar disebutkan bahwa anak yang
menjadi musuh bagi orang tuanya adalah anak yang menghalang-halangi orang tua
dari jalan yang lurus, dalam arti lain adalah melalaikan orang tua dari
ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta ‘Ala.
Keempat, anak sebagai
ujian atau cobaan terdapat pada QS. Al-Anfal ayat 28. Seperti yang terdapat dalam
Li Yaddabbaru Ayatih, anak sebagai
ujian atau cobaan maksudnya adalah anak merupakan amanah dari Allah yang wajib
dijaga dan diperhatikan. Dalam tafsir al-Madina al-Munawwarah, anak dan harta
merupakan perkara yang mudah dikhianati. Maka keberadaan anak tidak boleh
disia-siakan, anak harus diperhatikan dengan kasih sayang dan cinta.
Membentuk rumah
seperti surga bagi orang tua melalui keturunannya juga diupayakan dengan
memberi pendidikan kepada anak. Pengetahuan yang ditanamkan kepada anak diawali
dengan: 1) penanaman akidah (QS. Al-Luqman ayat 13), 2) mengajarkan syariah
(QS. Luqman ayat 14-17) yang berisikan perintah untuk menyampaikan wasiat
Allah, meyakini bahwa semua perbuatan dipertanggungjawabkan, dan mendirikan
shalat, amar ma’ruf nahi munkar, serta bersabar dalam menghadapi cobaan, 3)
membina akhlak anak (QS. Luqman ayat 18-19).
Menciptakan rumah
layaknya surga dapat dengan cara menanamkan literasi Al-Qur’an kepada anak,
yakni dengan mengajarkan membaca, memahami, dan mengamalkannya. Sebab Al-Qur’an
merupakan petunjuk, penjelas, pembeda, rahmat, cahaya, pedoman, hikmah, dan
sebagainya bagi umat Islam.
Rumahku Surgaku
dimulai dari orang tua yang bertakwa. Maka sebelumnya, kebertakwaan itu harus
dimulai dari sebelum kita menjadi orang tua anak(lajang/belum menikah dan belum
mempunyai anak). Sehingga akan terlahir dari suami dan istri, seorang anak yang dapat
mengantarkan orang tua ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar