Telusuri

Pilihan Editor

Lebih Produktif Dengan Asus VivoBook S14 S433 Dare To Be You

Hidup tanpa batas bukan berarti hidup melampaui batas. Hidup tanpa batas adalah ketika melakukan aktivitas tanpa kesulitan dan hamba...

Sabtu, 06 Juni 2020

Konsep Bahasa "Selamat Hari Raya Idul Fitri"

Masjid Al Akbar Terapkan Sejumlah Aturan Salat Jumat di Tengah ...


Manusia adalah makhluk berbudaya. Sebuah budaya lahir dari olah rasa, karsa, dan karya dalam diri manusia(Kistanto. 2015). Hari Raya Idul Fitri merupakan budaya yang menjadi bagian dalam kehidupan manusia diseluruh permukaan bumi, khususnya umat Islam. Hari Raya Idul Fitri yang selanjutnya akrab disebut lebaran adalah puncak kemenangan setelah 30 hari penuh menahan diri(Imsak/shaum) dari segala hal yang membatalkan puasa. Berbagai cara digunakan dalam merayakan Idul Fitri.

Jika dikaji ulang, bahwa terma perayaan juga perlu disandingkan dengan terma penghayatan. Lebaran mempunyai makna mendalam yang sangat perlu untuk diresapi, dihayati, dan atau dijiwai. Berbagai cara, baik kata maupun perbuatan digunakan umat Islam dalam menghayati lebaran. Salah satunya sangat sederhana, sering ditemui dan dilakukan, namun jarang sekali dijadikan bahan obrolan kita adalah merasapi berbagai makna ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri.

Titik Sadar Manusia

Pada hari lebaran semua orang berbondong-bondong mengutarakn permohonan maaf sebesar-besarnya. Disini seseorang menyadari betul bahwa manusia merupakan tempat salah dan dosa. Hal ini seringnya dilengkapi dengan kata, “baik yang disengaja maupun yag tidak disengaja”. Sebuah kalimat yang menggambarkan penyesalan mendalam atas kesalahan yang tidak terhitung.

Selanjutnya, ucapan minal ‘aidin wal faidzin adalah kalimat tahunan yang sering kita dengar disekeliling kita, bahkan sejak awal Ramadhan. Kalimat ini mengandung arti harapan untuk mendapatkan kemenangan. Kemenangan di sini adalah kembali ke fitrah atau suci. Ini diperkuat dengan lanjutan kalimat yakni mohon maaf lahir dan batin(Memmy. 2016).

Dari sini, seseorang perlu untuk menjaga dan perlu meningkatkan kesucian yang telah diperolehnya pada bulan Ramadhan. Bagaimana seseorang meluruskan kembali kurikulum kehidupan, yakni dengan merujuk tujuan penciptaan manusia.

Titik Awal Hidup Baru

Lupakan segala kesalahan, saatnya saling bermaaf-maafkan. Gema takbir berkumandang, saatnya saling bermaaf-maafan. Ucapan pada hari raya ini sering kita dengar dengan berbagai variasi. Pada intinya, ucapan ini menggambarkan suatu hal yang baru akan segera tiba. Hal baru ini tiba bersamaan dengan hari lebaran.

Poin pertama, setelah berpuasa selama sebulan penuh dan berzakat dalam menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim, maka seseorang telah berusaha mensucikan dirinya dari hal-hal yang dapat mengotori hati. Poin kedua, dimaafkannya seluruh kesalahan melalui amal shaleh dan permohonan maaf yang diiyakan oleh kerabat atau teman sejawat menambah apik momen lebaran.

Poin ketiga, perilaku terpuji yang memang dibentuk dari bulan ramadhan adalah penyempurna untuk seseorang melanjutkan sisi positif dalam hidupnya. Ketiga poin ini memerlukan upaya dalam menjadikan sebagai gaya hidup baru untuk kedepannya.

Hikmah Lebaran

Idul Fitri yang jatuh di tanggal 1 Syawal dalam kalender hijriyah merupakan perayaan hari besar agama Islam yang padat dengan makna keruhanian. Hal ini tidak lepas dari apa yang umat kerjakan di bulan Ramadhan. Amal kebaikan ditingkatkan dan ibadah digencarkan. Berpuasa, membaca Al-lQur’an, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat telah dilakukan.


Namun, hal ini bukan berarti bahwa perayaan Hari Raya Idul Fitri adalah hari untuk mengakhiri tingginya kuantitas dan kualitas amal shaleh umat Islam. Namun, momen Idul Fitri adalah titik awal ketika hati, jasmani, dan akal mulai suci, maka selanjutnya adalah terus berbenah meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya (inilah penghayatan Idul Fitri yang sesungguhnya).


Semoga.

Gambar: suarasurabaya.net




Tidak ada komentar:

Posting Komentar