Manusia adalah makhluk berbudaya. Sebuah budaya lahir dari olah rasa, karsa,
dan karya dalam diri manusia(Kistanto. 2015). Hari Raya Idul Fitri merupakan
budaya yang menjadi bagian dalam kehidupan manusia diseluruh permukaan bumi,
khususnya umat Islam. Hari Raya Idul Fitri yang selanjutnya akrab disebut
lebaran adalah puncak kemenangan setelah 30 hari penuh menahan
diri(Imsak/shaum) dari segala hal yang membatalkan puasa. Berbagai cara
digunakan dalam merayakan Idul Fitri.
Jika dikaji ulang, bahwa terma perayaan juga perlu disandingkan dengan terma penghayatan. Lebaran mempunyai makna mendalam yang sangat perlu untuk diresapi, dihayati, dan atau dijiwai. Berbagai cara, baik kata maupun perbuatan digunakan umat Islam dalam menghayati lebaran. Salah satunya sangat sederhana, sering ditemui dan dilakukan, namun jarang sekali dijadikan bahan obrolan kita adalah merasapi berbagai makna ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Titik Sadar Manusia
Pada hari lebaran semua orang berbondong-bondong mengutarakn permohonan maaf sebesar-besarnya. Disini seseorang menyadari betul bahwa manusia merupakan tempat salah dan dosa. Hal ini seringnya dilengkapi dengan kata, “baik yang disengaja maupun yag tidak disengaja”. Sebuah kalimat yang menggambarkan penyesalan mendalam atas kesalahan yang tidak terhitung.
Selanjutnya, ucapan minal ‘aidin wal faidzin adalah kalimat tahunan yang sering kita dengar disekeliling kita, bahkan sejak awal Ramadhan. Kalimat ini mengandung arti harapan untuk mendapatkan kemenangan. Kemenangan di sini adalah kembali ke fitrah atau suci. Ini diperkuat dengan lanjutan kalimat yakni mohon maaf lahir dan batin(Memmy. 2016).
Dari sini,
seseorang perlu untuk menjaga dan perlu meningkatkan kesucian yang telah
diperolehnya pada bulan Ramadhan. Bagaimana seseorang meluruskan kembali kurikulum
kehidupan, yakni dengan merujuk tujuan penciptaan manusia.
Titik Awal Hidup Baru
Poin pertama, setelah
berpuasa selama sebulan penuh dan berzakat dalam menjalankan kewajiban sebagai
seorang muslim, maka seseorang telah berusaha mensucikan dirinya dari hal-hal
yang dapat mengotori hati. Poin kedua, dimaafkannya seluruh kesalahan melalui
amal shaleh dan permohonan maaf yang diiyakan oleh kerabat atau teman sejawat
menambah apik momen lebaran.
Poin ketiga,
perilaku terpuji yang memang dibentuk dari bulan ramadhan adalah penyempurna
untuk seseorang melanjutkan sisi positif dalam hidupnya. Ketiga poin ini
memerlukan upaya dalam menjadikan sebagai gaya hidup baru untuk kedepannya.
Hikmah Lebaran
Idul Fitri yang jatuh
di tanggal 1 Syawal dalam kalender hijriyah merupakan perayaan hari besar agama
Islam yang padat dengan makna keruhanian. Hal ini tidak lepas dari apa yang
umat kerjakan di bulan Ramadhan. Amal kebaikan ditingkatkan dan ibadah
digencarkan. Berpuasa, membaca Al-lQur’an, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat telah dilakukan.
Namun, hal ini
bukan berarti bahwa perayaan Hari Raya Idul Fitri adalah hari untuk mengakhiri
tingginya kuantitas dan kualitas amal shaleh umat Islam. Namun, momen Idul
Fitri adalah titik awal ketika hati, jasmani, dan akal mulai suci, maka
selanjutnya adalah terus berbenah meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya
(inilah penghayatan Idul Fitri yang sesungguhnya).
Semoga.
Gambar: suarasurabaya.net
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar