kuncian lutut sering digunakan polisi Israel kepada warga Palestina |
Palestina Merupakan peserta Konferensi Asia Afrika pada tahun 1945 yang hingga saat ini belum merdeka. Negara anggota PBB berjumlah 193, yang mengakui dan mendukung Palestina sebagai sebuah negara berjumlah 136 negara. Palestina mulai menjadi negara anggota PBB(2015), UNESCO(2011), INTERPOL(2017), OPCW(2018).
Dilansir dari situ resmi
Kementrian Luar Negri Republik Indonesia, sebanyak 7 parlemen negara Eropa
seperti Inggris, Irlandia, Spanyol, Perancis, Portugal, Luxembrug, dan Belgia
mendukung Palestina. Begitu juga dengan 9 dari 28 negara Uni Eropa seperti
Malta, Siprus, Ceko, Slovakia, Hungaria, Rumania, Bulgaria, Polandia, dan
Swedia, mereka mengakui Palestina sebagai sebuah negara.
Kalah Di Lembah Digital
Sejak kematiannya tanggal 25 Mei
2020 lalu di tangan seorang polisi dan ketiga rekannya, gelombang aksi
kemanusiaan untuk George Floyd masih berjalan hingga saat ini. Menuntut
keadilan dan membersihkan rasisme dari muka bumi menjadi beberapa misi massa
aksi.
Kasus ini viral hingga cepat
meluas ke muka dunia. Dari yang awalnya hanya protes lokal dan nasional,
sekarang menjadi sorotan warga dunia untuk ramai-ramai menggelar aksi serupa.
Satu orang yang meninggal menimbulkan gelombang massa yang begitu banyak dan
luas efeknya.
Kekerasan yang dilakukan oleh
polisi tersebut diduga menjadi penyebab kematian George Floyd dan penyebab
munculkan gelombang kemanusiaan menuntut keadilan dan menolak rasisme.
Bagaimana dengan Palestina yang
lebih dari satu orang meninggal atas kekerasan dari pihak kepolisian Israel.
Rasisme kerap dilakukan polisi Israel kepada warga Palestina. Ibadah saja
dilarang dan diawasi tepat dihadapan orang yang sedang menjalankan ibadah.
Diperlakukan kasar ketika polisi
Israel menganggap suatu mencurigakan, ditangkap, dipukuli, bahkan tidak segan
untuk langsung ditembak saat itu juga. Namun dunia tetap diam.
Melihat status Palestina sebagain
negara anggota PBB, UNESCO, INTERPOOL, dan OPWC, serta dukungan dari ratusan
negara-negara di dunia, sungguh pertanyaan besar mengapa Palestina tidak
kunjung memperoleh kemerdekaan.
Baca Juga: (Update Kasus Covid-19 Masih Fluktuatif, Indonesia "Ragu" New Normal)
(Kematian George Floyd Titik Awal Revolusi Amerika Serikat)
Situasi Palestina Saat Ini
Kampanye Donald Trump pada 2016
sebelum menjadi presiden untuk memindahkan ibu kota Israel dari Tel Aviv ke
Jerusalem dan diikuti dengan pemindahan kantor kedutaan besar AS daeri Tel Aviv
ke Jerusalem, memicu perlawanan dari pemilik tanah kelahiran.
Tindakan tersebut tentunya mengganggu status quo warga Palestina khususnya yang berada di Jerusalem. Padahal sebelumnya masyarakat dan negara-negara dunia telah menyaksikan perjanjian batas-batas yang sama-sama disetujui oleh kedua pihak, yakni Israel dan Palestina.
Beberapa tahun yang lalu televisi kita penuh dengan berita Israel yang ingin menguasai Jerusalem. Hingga menyebabkan bentrokan warga sipil Palestina dengan aparat Israel. Bentrokan ini tidak bisa menghindari dari jatuhnya korban jiwa. Berbulan-bulan, bertahun-tahun, hingga saat ini warga Palestina masih berjuang menjaga tanah mereka dilahirkan.
Berita mengenai Palestina di TV
Nasional kita sudah jarang kita temui. Apakah mereka benar-benar sudah bisa
menjalani hidup dengan “normal”. Penembakan warga sipil Palestina oleh polisi
atau tentara Israel masih kerap terjadi hingga saat ini.
Sadarkah kita bahwa hari-harinya
perasaan dan pikiran warga Palestina dipenuhi dengan rasa was-was. Namun mereka
kuat sebab ajaran agama yang dipegang teguh. Isu perluasan perbatasan oleh
zionis Israel membuat tubuh warga Palestina hangat akan semangat untuk berjuang
demi tanah kelahiran.
Bersatu Beri Dukungan Lewat Media Digital
Media Digital berbasis internet memungkinkan seluruh dunia terhubung. Perbincangan antara negara-negara pendukung dan kontra Palestina untuk menjadi sebuah negara mungkin hanya disoroti oleh orang-orang(perwakilan atau delegasi) masing-masing negara dan beberapa pihak yang bersangkutan. Namun belum muncul ke media-media yang dapat dijangkau oleh seluruh warga dunia.
Televisi, Radio, Berita Online,
Televisi Online, dan Diskusi Publik di negara-negara pendukung harus
memunculkan isu kemederkaan Palestina. Warga dunia harus membenarkan bahwa
tindakan Israel atas dukungan Amerika Serikat kepada Palestina itu adalah salah.
Warga dunia harus melihat situasi ini. Saat warga dunia sudah mengetahui maka dukungan akan terus mengalir dan meluas seperti halnya kasus kematian George Floyd. Yang banyak diperbincangkan adalah yang akan diperhatikan.
Warga dunia harus melihat situasi ini. Saat warga dunia sudah mengetahui maka dukungan akan terus mengalir dan meluas seperti halnya kasus kematian George Floyd. Yang banyak diperbincangkan adalah yang akan diperhatikan.
Maka inilah saatnya untuk memunculkan dukungan kemerdekaan Palestina ke berita harian warga dunia. Bersatu atas nama kemanusiaan dapat melancarkan kemerdekaan Palestina. Semakin banyak sorotan tertuju pada tindakan keji dan melanggar hukum skala internasional oleh Israel terhadap Palestina, maka akan semakin banyak yang tahu bahwa Israel sangat kejam.
Bahwa apa yang dirasakan oleh
saudara kita, sesama manusia, di Palestina adalah sebuah ketidakadilan, tidak
manusiawi, rasis, kekerasan, penindasan, dan penjajahan.
Hingga saat ini, Palestina masih sangat menantikan kemerdekaan. Dan butuh dukungan dari kita(warga dunia).
1. Kelayakan Buku Ajar Menurut BSNP, Terbitan Kemenag "Recommended"
2. Wisata Kuliner, Cobain Rujak Soto Khas Banyuwangi. Rujak Tapi Soto?
3. Mengenal Rendang Lebih Dalam, 7 Hal Menarik Yang Jarang Diketahui Dari Masakan Rendang
New Post
1. Kelayakan Buku Ajar Menurut BSNP, Terbitan Kemenag "Recommended"
2. Wisata Kuliner, Cobain Rujak Soto Khas Banyuwangi. Rujak Tapi Soto?
3. Mengenal Rendang Lebih Dalam, 7 Hal Menarik Yang Jarang Diketahui Dari Masakan Rendang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar